Jumat, 30 Oktober 2009

RAPUH

Waktulah yang mungkin membuatku menjadi meninggalkan semua tentangnya. Dia bernama Julinda Alvyana, sesosok wanita biasa dimata teman temanku. Tetapi tidak buatku, karena dia wanita super special yang pernah diciptakan untukku. Suatu siang saat aku bekerja tiba tiba banyak rekan kerjaku yang menundukkan wajah, ternyata beredar kabar bahwa akan banyak perkerja yang di PHK karena alasan hutang perusahaan yang menumpuk. Hatiku langsung terguncang, terbesit pikiran bahwa bagaimana kalau salah seorang yang di PHK adalah diriku. Syok berat menyelimuti hatiku, bahkan sekujur tubuhku terasa mati rasa. Organ organ tidak bisa kugerakkan, aku berdoa semoga saja hal buruk ini tidak terjadi padaku. Tak lama kemudian kepala perusahaan tempatku bekerja mengumumkan bahwa akan diadakan rapat mendadak dan harus dihadiri oleh semua karyawan. Ruang dipenuhi sesak oleh para keryawan, banyak dari mereka yang berkeringat termasuk aku. Kepala perusaahan mengumumkan terdapat 100 karyawan yang akan dipecat, dan dia akan mempekerjakan karyawan inti saja. Disebutkan satu persatu nama karyawan yang dipecat, oh sungguh menegangkan sekali. Banyak dari mereka yang dipecat menangis dan memohon dengan sangat agar mereka dipekerjakan kembali walaupun dengan bayaran separoh dari gaji mereka. Saat nomor ke 70, akhirnya namaku terucap dari mulut kepala perusahaan. Aku mati rasa, aku harus bilang apa pada julinda kalau aku dipecat. Aku langsung meninggalkan tempat tanpa pamit, dan membereskan barang barangku dikantor. Tanpa ijin aku keluar kantor, dan tanpa pamit secara resmi kepada kepala perusahaan. Aku hanya meninggalkan seutas kertas bertulisakan terima kasih, dan kuletakkan diruang kepala perusahaan.
Aku sms julinda, aku mengajak ketemuan dengannya di taman tempat pertama kita jalan. kutunggu dia lama sekali, dan kucoba sekedar mengalihkan pandanganku kererumputan hijau. Dari arah barat terlihat sesosok wanita idamanku yang akan menjadi istriku kelak. Dia duduk disebelahku dengan bertanya, ada apa tiba tiba saja waktu jam kerja kog ngajak ketemuan. Tidak biasanya seperti ini, pasti ada hal penting. Atau ingin buat surprise ya. Akhirnya tanpa basa basi aku mengatakan bahwa aku baru saja dipecat oleh perusahaan, aku sangat takut sekali karena ditempat itu pertama aku bekerja. Dan uang gajinya akan kupergunakan untuk menikahimu dan membahagiakan, memenuhi semua kebutuhan kita. Aku terdiam sesaat dengan wajah kecewa, tetapi berbeda dengan julinda. Respon yang aku terima darinya sungguh berbeda, dia malah menyemangatiku untuk terus tetap mencari kerja ditempat lain. Sungguh dia wanita yang baik, satu hal pertama yang kurasa darinya. Saat aku rapuh kaulah yang selalu teduhkan aku.
Malam harinya aku langsung menghubungi teman teman terbaikku, apakah ada yang membutuhkan calon pekerja seperti aku di perusahaan mereka bekerja. Suatu kemudahan Tuhan, karena ada satu lowongan tempat dimana ada yang membutuhkan karyawan menurut criteria yang ada padaku. Dengan begini aku bisa menjalaninya dengan baik, karena pekerjaannya sesuai dengan bidangku. Tetapi tempat itu ada diluar kota, bagaimana dengan julinda. Aku tidak bisa meninggalkannya terlalu lama. Saat itu juga aku telfon julinda, aku menjelaskan masalah yang ada bahwa ada pekerjaan yang cocok untukku tapi berada diluar kota. Dia mengatakan bahwa akan baik baik saja dan tidak akan melirik pria manapun, bahkan dia mengatakan akan menungguku sampai saat aku kembali. Aku takut kehilangan julinda, dan aku tipe tipe pria yang pencemburu. Aku takut julinda direbut oleh pria lain, tapi aku percaya pada julinda tidak akan melakukan hal itu. Pagi pagi benar aku bersiap diri dan bergegas menuju tempat perusahaan itu berada. Didepan perusahaan aku bertemu dengan temanku yang membantuku untuk masuk perusahaan ini, sebelumnya kami sudah janjian untuk mengantarkanku pada bos perusahaan. Sesampainya didalam ruangan bos, aku melihat seorang yang sangat gagah duduk disofa yang sepertinya sangat nyaman. Setelah beberapa menit ngobrol, akhirnya aku diterima di perusahaan ini dengan diberikan mess di dalam kantor. Pada hari itu juga aku bekerja, dan lingkungan juga sangat baik dan ramah padaku. Aku sangat senang, tetapi lain halnya dengan julinda. Bagaimana keadaannya saat ini, aku terus memikirkanya. Sedang apa dia saat ini, lagi dimana dia. Aku sangat merindukannya, bahkan saat jam makan siang aku meluangkan untuk sekedar telfon menanyakan keadaan julinda apakah baik baik saja. Tak terasa satu bulanpun berlalu, dengan kesibukanku yang itu itu saja. Aku berniat akhir pekan ini akan pulang dan menemui julindaku, dan aku juga membawakannya cicin untuknya. Akhir pekanpun tiba, dan akhirnya aku bisa pulang. Sungguh senangnya hatiku ini, aku bisa berkumpul dengan keluarga walaupun hanya satu hari. Pertemuanku dengan julinda hanya sebentar untuk kali ini, tetapi aku rasakan berkesan untukku dan untuknya. Waktu aku menunjukan cincin dan memberikan padanya, dia menunjukkan raut wajah yang sangat gembira sekali. Sesuatu perkataan mencuat dari julinda dan tak akan kulupakan. Saat kau jauh akulah yang akan selalu setia menungggumu.
Beberapa bulan berjalan dengan kesibukan yang monoton, dan berakhir pekan pulang kerumah tak lupa menemui julinda. Akhirnya suatu ketika aku diberi mandat oleh boss untuk mensurvei di suatu daerah, dan akupun diberinya seorang partner kerja seorang wanita. Dengan alasan agar aku tidak bosan, dan patner wanita yang super cantik dan sexy. Lama berselang, survey beberapa hari di suatu daerah. Akhirnya hal hal yang kutakutkan terjadi, aku terlibat cinta lokasi dengan patnerku. Beberapa bulan aku tidak pulang kerumah, tentu saja tidak bertemu dengan julinda. Setiap julinda sms atau telfon selalu kuabaikan, aku beberapa saat sudah tidak memikirkannya lagi. Aku lebih serius dan lebih terbuka apa saja bersama patnerku. Aku memberikan alasan kepada julinda, bahwa aku ditugaskan diluar kota. Dan disini tidak diperbolehkan berhubungan dengan orang luar, julinda percaya akan hal ini. Suatu ketika saat aku jalan ngedate dengan patner tercintaku di suatu cafe terkenal di sudut kota, dicafe ini juga biasa dibuat untuk pertemuan pertemuan kerja banyak perusahaan terkenal. Tidak tahu kenapa patner tercintaku mengajaku ke café ini, café yang cukup mewah dan favorit. Saat aku masuk café dengan perasaan senang karena bersama patner tercinta, aku melihat banyak orang yang sedang sharing sharing tentang pekerjaan mereka. Banyak juga yang mengajak pasangan mereka, biasanya yang berpasangan memilih tempat yag cukup jauh dari keramaian. Disudut ruangan kulihat ada meja besar dengan banyak orang, sepertinya mereka sedang mengadakan pertemuan rapat kerja. Setelah sampai pada tempat yang diboking oleh patner tercintaku, aku memesan suatu cofe yang biasa aku dan julinda pesan setiap kami pergi ke coffe shop. Terbesit pikiranku oleh wanita biasa bernama julinda dipikiranku. Kenapa tiba tiba aku memikirkanya, apakah saat ini dia memikirkanku. Sudah beberapa bulan terakhir aku loss contak dengan julinda. Suasana hening dan boring, karena aku memikirkan julinda. Patnerku merasa BT dan akhirnya dia mengajaku untuk pulang, dengan menarik tanganku akhirnya kita pulang dan masuk ke sebuah hotel tempat dimana kita diberi fasilitas kantor. Suatu esok yang cerah terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras dari arah depan, aku bergumam berisik sekali siapa ini pagi pagi benar udah gangguin orang ajah. Saat ku buka pintu ternyata kulihat sesosok wajah wanita yang terlupakan, dia adalah julinda. Aku terperanjat, dan dia langsung marah marah tidak jelas. Julinda langsung saja masuk kedalam kamar hotel, dan dia mendapati sesosok wanita yang hanya memakai selimut didalam kamar. Saat itu juga julinda menangis dan pergi meninggalkanku. Aku berlari mengejarnya hanya dengan memakai boxer pemberian hotel. Banyak orang sekitar melihatku, bahkan aku mengejar julinda sampai keluar hotel. Aku tidak perduli, aku harus mengejar julinda dan menjelsakannya sebelum terlambat. Diperempatan jalan, di traffic light saat lampu merah akhirnya aku berhasil menggenggam tangan julinda. Dia menangis hebat sampai akhirnya dia pingsan dipelukanku. Aku membawa julinda kekamar hotelku, dan aku menyuruh patner tercintaku untuk membeli obat dan mengganti pakaian julinda. Patnerku bertanya siapa dia, aku menjelaskan semuanya kepadanya. Akhirnya patnerkupun mengerti dan dia merelakannya. Dan patnerku tercinta langsung menamparku dan membereskan barang barangnya, kemudian kembali ke kantor pusat dengan pastinya mengadukanku ke boss. Karena patnerku ini adalah adik kandung boss, aku pasti langsung dipecat karena menyakiti hati adik boss. Setelah julinda sadar, aku menjelaskan sebenar benarnya kepadanya. Aku pasrah apa yang akan dilakukan julinda kepadaku, tetapi sebelumnya kenapa dia tahu kalau aku berada disini. Akhirnya julinda cerita, kalau salah satu karyawan hotel adalah temannya. Dan dia juga yang memberitahukan bahwa aku satu kamar dengan seorang wanita. Aku tidak mengetahui pasti apa yang dirasakan perasaan julinda saat ini, pastinya itu sangat perih sekali. Aku sudah berucap maaf berkali kali kepada julinda, aku akan berhenti sampai julinda memaafkanku. Satu kesalahan besar yang aku buat kepada julinda. Tetapi julinda hanya mengatakan, disaat cinta mengoyahkan kita mungkinkah semua abadi untuk salamanya.
Kehidupan berjalan seperti biasa, ini bulan ke tujuh masa kerjaku di perusahaan ini. Hari ini terasa lesu sekali, aku sudah merasa tidak enak badan. Langsung aku meminta ijin boss untuk pulang dan beristirahat di mess. Sekilas aku tertidur, untuk beberapa jam aku terbangun dan mengigau. Rasanya aku harus memeriksakan kondisi badanku di klinik terdekat. Aku menyuruh sopir pribadi boss untuk mengantarkanku pergi ke klinik, badan ini terasa panas dingin tidak karuan. Saat seorang suster memanggil namaku untuk masuk ke dalam ruangan dokter umum, mata ini sudah terasa loyo dan semua benda yang aku lihat membayang. Kemudian sesampainya di ruangan dokter, terlihat lelaki tua berpakaian jas putih yang remang remang. Dokter menanyai kondisiku saat ini dan sejak kapan aku merasakan penyakit ini. Saran dokter untuk tes darah sudah kulakukan, dan saat itu juga diberitahukan bahwa aku terkena penyakit typus. Ternyata hanya penyakit typus, saatnya aku mengambil cuti dan pulang kerumah dan menemui julinda. Keesokan hari dengan diantar supir pribadi, aku pulang ke rumah dan saatnya untuk ketemu kangen dengan kerabat kerabat. Sampai dirumah ibu menanyakan kenapa aku pulang, aku menjawab aku sakit dan ingin dirawat dirumah. Beberapa jam kemudian julnda menjenguk dengan menangis, dia sangat mengkhawatirkanku. Aku tidak apa ap, aku hanya mengalami sakit typus dan akan sembuh beberapa hari lagi. Setiap hari dia menjengukku dan merewatku. Terkadang dia tidur dirumah untuk sekedar melihat apakah keadaanku sudah lebih baik. Suatu malam saat kami bercengkrama berdua tiba tiba kepalaku pening dan julinda menyuruhku ntuk beristirahat. Badanku panas sekali saat itu, dan tidak lama aku tertidur. Suara adzan subuh membangunkanku, dan aku membuka mata untuk melihat keadaan sekitar. Ternyata kali ini julinda tidak berada disampingku, mungkin dia pulang karena hari ini sudah menemaniku sampai dia rela ijin untuk tidak masuk kerja. Aku melihat secarik kertas disamping kamarku, ternyata ada surat. Aku membukanya, dan surat itu bertuliskan semoga beby cepat sembuh, selalu semangat karena beby adalah yang terindah dalam hidupku dalam setiap waktu
Suatu saat saat liburan hari besar Islam, aku libur dan menghabiskan waktuku bersama julinda. Akhirnya saat saat seperti inilah yang aku tunggu, berduaan bersama julinda. Kami saling bercengkrama, bercanda tawa bersama. Seiring daun daun pohon di taman berguguran, terasakan dunia milik kita berdua. Bicara serius mulai terjadi, aku menatap mata julinda untuk beberapa detik. Aku memegang tangannya, dan mengucapkan kata kata yang mungkin tidak akan terlontarkan untuk wanita lain selain dia. Aku bicara padanya behwa aku siap untuk menikah dengannya, dan apakah kau siap menikah denganku. Anggukan kecil dan tanda senyumannya memantapkanku bahwa hari hari dekat ini akan kupergunakan untuk datang kerumahnya dan melamarnya. Saat itu pun telah tiba, aku datang kerumah julinda dan menemui orangtuanya dengan perasaan tak karuan, hati deg degan, keringat dingin mulai bercucuran saat bicara dengan ayah julinda. Aku mengatakan kepada orangtua julinda bahwa aku akan meminangnya, respon bahagialah yang aku dapat saat ayah julinda memberikan restu untukku. Sungguh senangnya yang tak bisa diungkapkan dengan kata kata apapun saat itu. Julindapun merasa gembira. Aku berkata kepadanya, tak akan ada cinta yang lain dan kau tak akan terganti.
Beberapa hari sebelum pernikahanku dengan julinda dimulai, sesi sesi menegangkan yang tak akan pernah terlupakan olehku. Saat aku dan julinda pergi ke suatu tempat dimana kita berdua memesan gaun untuk pernikahan kami, aku melihat julinda sangat anggun memakai gaun pengantinnya. Setelah selesai mencoba gaun pengantin dan akan membayarnya tunai, tiba tiba kurogoh kantungku dan ternyata dompetku tertinggal di mobil. Aku menyuruh julinda untuk mengambilnya sebentar, sambil memakai gaun pengantinya dia bergegas menuju ke mobil. Aku sudah menduga pasti dia tidak sabar memamerkan gaun itu kepada ibunya, betapa cantiknya dia saat memalkai gaun pengantinnya. Dari luar terdengar suara gaduh mobil dan bunyi jeritan, aku langsung menuju depan. Saat membuka pintu aku melihat julinda tergeletak dengan bersimpuh darah. Aku terperanjat dan langsung menggotongnya masuk ke mobil, aku sudah tak bisa berpikir apa apa lagi. Aku menyetir mobil dengan perasaan yang was was sekali. Ternyata calon istriku tertabrak mobil, korban tabrak lari. Sesampainya dirumah sakit, aku langsung menggendongnya dan berteriak memanggil dokter. Setelah julinda dibawa oleh kasur dorong dengan ditemani oleh dua orang suster, akupun menelepon semua keluarga. Sejenak aku menyalahkan diriku karena menyuruh julinda untuk mengambil dompet di mobil saat itu. Andaikan saja waktu dapat berputar kembali. Aku sungguh menyesali diriku saat ini, suara ibu terdengar dari kejauhan. Aku menjelaskan kronologi semua yang terjadi, ibu menenagkanku denagan aku menangis dipelukannya. Jam menunjukan jam 5 sore, saat itupun dokter yang menangani julinda keluar dari ruangan julinda dirawat. Aku terhentak saat dokter mengatakan bahwa julinda tak tertolong. Aku menagis sekeras kerasnya, sesal dan tangis yang aku rasakan. Berhari hari, berminggu minggu, berbulan bulan aku selalu meyalahkan diriku. Pernikahan kami batal, padahal undangan pernikahan kami sudah tersebar di semua kerabat. Aku hanya memikirkan julinda, julinda dan julinda setiap waktu. Aku seperti orang gila dirumah. Pekerjaan terbaikku kutinggalkan, semua kuabaikan. Genap satu tahun aku menjadi orang yang penyendiri, akhirnya dorongan ibu dan keluarga maupun teman teman yang setia meyadarkanku bahwa aku harus tetap melangkah kedepan. Tapi walau bagaimanapun julinda adalah yang terbaik bagiku dan dia adalah kebangganku. Tetapi meski ku harus relakan julinda pergi untuk slamanya, julinda tetap berada dihatiku dan tidak akan berpindah bahkan tergantikan.
Aku bertekad dalam diri bahwa aku harus melupakan julinda, tetapi bukan untuk hatiku dan kenanganku bersamanya. Banyak wanita yang datang dan pergi, tetapi mereka semua tidak seperti julinda. Setiap malam aku selalu memimpikannya. Aku harus keluar dari keterpurukan ini, aku harus bangkit. Ibukupun juga sampai memilihkanku calon istri, tapi aku menolaknya dengan alasan aku tidak sreg dengan pilihan ibuku, walaupun dilanjutkan menikah kami tidak akan bahagia sebab aku akan akan bersikap dingin. Julinda kenapa kau pergi meninggalkanku, aku jadi merasa sendiri di bumi ini. Tapi maafkan aku julinda semua telah berlalu, walaupun aku terkadang memikirkanmu namun akan ku coba untuk melupakanmu
Hidupku terasa hampa tanpa julinda disisiku, waktu berjalan tiga tahun setelah kematian julinda. Selama itu juga tidak ada wanita yang cocok dihatiku. Tanpa julinda disisiku bagaikan berjalan dihamparan awan yang tak berbintang.
Aku pernah mencoba suatu saat berpacaran dengan seorang wanita, tetapi tetap saja perjalanan cinta ini hambar. Begitu cinta matiku pada julinda sampai kapan akan seperti ini. Aku tidak ingin membohongi perasaanku, tapi waktuku sudah menekanku untuk saat saat aku harus menikah. Aku sudah berusia 30 tahun sekarang. Itu umur yang cukup untuk membina bahtera rumah tangga yang harmoinis. Ibuku juga sudah mulai kewalahan mencarikan calon istri untukku, ibuku juga sudah mulai manula. Ibuku sungguh ingin sekali menimang cucu, anak dari pernikahanku. Sampai suatu saat aku serius dengan seorang wanita yang cukup terhormat dikalangan masyarakat, dan pihak keluargaku maupun keluarganya sudah menyetujui hubungan kami. Tak berjalan lama hubungan kami juga bubar, aku tidak bisa memaksakan perasaanku. Semua wanita yang kukenal tak kan pernah indah tak seindah saat aku denganmu
Begitu rapuhnya aku,sampai saat ini setiap malam aku selalu memimpikan julinda kekasihku untuk selamanya. Seiring berjalannya waktu, umurkupun sudah kepala lima. Aku belum juga menemukan pasangan yang cocok untukku. Ibukupun sudah tiada, cita cita untuk menimang cucu kandas di tengah jalan. aku sangat merasa bersalah, tapi aku harus bagaimana dan apa daya. Tanpamu julinda, aku lemah tak berdaya dalam hidupku hanya kaulah yang terindah. Aku rapuh tanpamu disisiku, munkinkah aku menjadi perjaka tua seumur hidupku disisa sisa hidupku dan dalam keterpurukanku ini. Biarlah ini menjadi kisahku dan kenanganku.

Oleh : afif.arifin

1 komentar:

Casino | Mapyro
Casino. 남원 출장샵 1475 태백 출장샵 S Belizean Way Belizean 영주 출장안마 Way Belizean. Belizean Way. Belizean Way. 거제 출장샵 Belizean Way. Belizean Way. 광양 출장샵 Belizean Way. Belizean Way. Belizean Way.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More