Rabu, 17 Juni 2009

Sosialisme dan Kapitalisme

Sosialisme adalah anti-tesis (lawan) dari kapitalisme. Segala nilai, moral, tata-berpikir, susunan kemasyarakatan dan cara kerja yang ada di bawah kapitalisme mendapatkan lawannya di bawah sosialisme. Jika kapitalisme mendewakan kepentingan pribadi, maka sosialisme mendahulukan kepentingan orang banyak. Jika kapitalisme mengejar kekayaan perorangan, sosialisme bekerja demi pemerataan kesejahteraan. Jika kapitalisme memperkenankan eksploitasi terhadap alam dan perempuan (termasuk seksualitas) demi memberi keuntungan pada segelintir orang, sosialisme berusaha keras memelihara keharmonisan dengan alam dan martabat perempuan. Jika kapitalisme menggunakan upah sebagai alat untuk membius buruh agar bekerja membanting tulang di pabrik-pabrik, sosialisme menggunakan alat-alat kesejahteraan sosial untuk membuat kehidupan buruh bertambah nyaman. Jika kapitalisme memperkenankan perang untuk berebut sumberdaya dan memaksa pihak yang lemah untuk tunduk, sosialisme berupaya memajukan perdamaian dunia dan hanya memperkenankan perang sebagai alat bela diri. Jika kapitalisme menghancurkan perikehidupan bertani dengan perampasan-perampasan tanah, sosialisme berusaha memajukan pertanian dengan melatih kaum tani bekerja dengan cara produksi yang modern dalam kemandirian dan kebersamaan. Pendeknya, sosialisme berusaha membalik segala keburukan dan dampak kapitalisme.

Sosialisme ilmiah adalah salah satu cabang sosialisme yang memandang bahwa sosialisme tidaklah dapat dibangun di ruang hampa. Sosialisme adalah penerus kapitalisme, dalam arti sosialisme akan menggantikan kapitalisme sebagai cara hidup. Karena sosialisme adalah penerus kapitalisme, ia akan membangun dirinya dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai kapitalisme. Karena sekalipun dicapai dengan mengorbankan rakyat banyak, tak dapat disangkal bahwa kapitalisme menghasilkan berbagai kemajuan. Sosialisme ilmiah tidak menolak kemajuan ini, melainkan akan merangkulnya, memberinya arah baru sehingga bermanfaat bagi khalayak ramai, dan mengaturnya secara demokratis, di mana semua orang – laki-laki dan perempuan – berhak bersumbang-saran dan bahu-membahu demi kemajuan bersama.

Sosialisme ilmiah juga menganggap bahwa kemajuan ilmu pengetahuan adalah cara terbaik untuk melatih kelas pekerja dan rakyat pekerja lainnya agar mampu merebut dan mengendalikan kekuasaan (jika sudah tergenggam). Kelas pekerja dan rakyat pekerja pada umumnya harus menguasai ilmu pengetahuan modern, mampu menggunakan analisa dan teknik modern untuk memecahkan masalah serta meninggalkan tradisi lama yang menghambat kemajuan-kesetaraan-keadilan. Dengan demikian, kelas pekerja tidak akan lagi menjadi warganegara kelas dua, yang hanya memiliki otot tapi tidak punya otak – seperti anggapan para penguasa dan (sayangnya) sebagian besar kelas pekerja itu sendiri.

Namun, bagi PRP, sosialisme bukan sekedar panggilan moral melainkan sebuah seruan agar rakyat pekerja memegang sendiri kekuasaan secara ekonomi dan politik. Sosialisme yang diinginkan PRP adalah sistem masyarakat di mana rakyat pekerja, mereka yang tidak memiliki modal dan harus menjual tenaganya agar dapat hidup, memegang kendali atas hidup mereka sendiri. Secara praktek, hal ini dapat diwujudkan jika rakyat pekerja memegang kekuasaan atas negara, dengan demikian, segala alat dan sumberdaya yang ada pada negara akan dapat digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat pekerja. Hanya jika demikianlah semua UU dan peraturan negara, pembagian anggaran dan dana publik, birokrasi dan kependudukan, serta tata-pembangunan secara umum akan berpihak pada rakyat pekerja

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More